Thursday 27 February 2020

#CERPEN


ANDAI WAKTU DAPAT BERPUTAR KEMBALI.....






Pagi cerah tanpa rinai hujan seperti biasanya di musim penghujan belakangan ini. Seperti biasa aku menyelesaikan beberapa rutinitas di pagi hari. Menyiapkan sarapan, mencuci piring, menyapu dan beberes rumah. Kedua anakku sudah berangkat sekolah sedari tadi. Mereka berangkat bersama ayahnya yang sekalian pergi ke kantor. Tinggallah aku sendiri di rumah mungil kami. Sengaja kami memilih rumah mungil dengan dua kamar tidur sebagai kediaman kami agar tidak repot membersihkan dan merawatnya. 

Aku seorang Ibu Rumah Tangga dengan dua orang anak perempuan berusia sepuluh dan dua belas tahun. Kegiatanku sehari-hari selain kesibukan di rumah, aku mengikuti beberapa kelompok pengajian dan menjadi pengurus Yayasan yang bergerak di bidang pendidikan. Hari ini aku mempunyai agenda rapat pengurus untuk membahas pengembangan sekolah PAUD di bawah naungan Yayasan kami.

Jam dinding menunjukkan pukul sepuluh saat aku berkemas setelah berpakaian. Telepon genggamku berbunyi. Kuraih telepon genggam yang sudah aku masukkan ke dalam tas, panggilan dari Dina, sahabatku. 
"Assalamu'alaikum, Dina..." 
"Wa'alaikumsalam Ranti...." jawaban Dina terdengar sangat lirih dan...setengah terisak!
"Dina...kenapa Din?" Kejarku agak khawatir mendengar isakan lirihnya.
"Ibuku Ranti... Ibuku...meninggal dunia semalam...."
"Innalillahi wa innailaihi roji'un...., turut berduka cita Dina... aku segera ke sana ya." Aku menutup pembicaraan dan bergegas menuju ke rumah Dina. Kuurungkan niat untuk menghadiri rapat pengurus Yayasan dan mengabari pengurus lainnya bila aku tidak bisa hadir.

Setiba di rumahnya yang sudah ramai oleh para pelayat, aku melihat Dina duduk di samping jenazah Ibunya dengan wajah menunduk. Kupeluk sahabatku itu... Ia belum bisa banyak berbicara, air mata masih sesekali menetes membasahi pipinya. Aku mengenal ibunya. Dulu semasa kuliah aku terbilang sering mengunjungi rumah Dina, namun jarang bertemu ibunya karena beliau bekerja pada suatu instansi dan baru pulang di sore hari. Setelah menikah Aku dan Dina jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. Tetapi kami masih menjalin komunikasi melalui media sosial maupun saling menelpon untuk sekedar bertukar cerita.

Tibalah saat jenazah dimandikan. Dina turut memandikan jenazah Ibunya. Aku memandangnya dari kejauhan. Pikiranku menerawang... Mengunjungi tempat kedukaan seperti ini merupakan pengingat bagi kita semua yang masih hidup bahwa ajal bisa kapan saja datangnya. Namun mengapa masih saja banyak manusia tenggelam dalam Egonya?

Samar-samar terlihat sosok Ibunda Dina nampak memandang jenazahnya yang sementara dimandikan, Ibu berdiri tepat di sisi kanan tubuh kaku itu. Wajah itu.... terlihat murung. 
"Apa yang Ibu pikirkan?" aku menyapanya.
"Aku seperti tak percaya bahwa saat ini tiba juga." Jawabnya nyaris tak terdengar.
Aku tertegun.
Dengan hati-hati kuberanikan diri berkata, "Bukankah.....Ibu sudah cukup lama sakit, seperti yang Dina ceritakan kepadaku? Mestinya Ibu sudah lebih siap menerima semua ini." 
"Begini rasanya kematian itu..." Ujar Ibu pelan masih dengan raut wajah murungnya, tanpa ingin menjawab ucapanku tadi.
Diam sejenak.

"Dulu Aku banyak melakukan kesalahan." Ibunda Dina memulai pembicaraan lagi. "Semasa hidup aku sering mempertahankan Egoku, keras kepala dan sulit berkompromi. Aku kerap berseberangan dengan saudara-saudaraku, suami, anak-anak atau siapa pun. Banyak hal yang sudah terjadi dan menyakitkan bagi banyak orang. Tak sedikit pula mereka yang menjauhiku. Semua itu karena aku cepat dikuasai oleh amarah bila ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginanku dan menyimpan dendam bagi siapa saja yang kuanggap menyakitiku." Pernyataan demi pernyataan Ibu membuatku tercenung.

"Andai waktu dapat berputar kembali..." lanjutnya lagi. "Aku ingin memperbaiki segalanya, lebih menyayangi mereka, orang-orang di sekitarku. Aku ingin lebih bersikap baik terhadap siapa saja. Kini semua tidak ada artinya lagi. Andai dulu aku menyadarinya..." ucapannya terhenti. Nampak kemurungan dan penyesalan semakin bergelayut pada parasnya.

"Begini rasanya kepergian itu. Beginilah rasanya. Andai waktu dapat berputar kembali........" Ibunda Dina mengulang kalimatnya, masih tak percaya.....

************


Makassar, 27 Februari 2020
Foto dan qoute : Mila.n.t.z

No comments:

Post a Comment

 #REFLEKSI                                                                      PESANMU..... "Nak... Jauhilah prasangka buruk kepada si...