Tuesday 19 February 2019

#Refleksi

TIPUAN


Sungguh sebenarnya hidup itu dipenuhi pilihan-pilihan. Saat bangun tidur saja kita sudah dihadapkan pilihan : melakukan apa? Lalu serangkaian "ritual" bangun tidur telah menanti...apa yang mau dilakukan setelah membuka mata : berdo'a dan seterusnya? Melompat dari tempat tidur? Cek HP? Apa lagi? Begitu banyaknya pilihan-pilihan itu. Pilihan yang penentuannya sangat didasari oleh banyak hal, diantaranya : tujuan hidup. 

Mengapa tujuan hidup? Karena segala yang dilakukan dalam hidup ini, keputusan-keputusan yang diambil, penentuan pilihan, semua berdasarkan pemaknaan individu tersebut terhadap tujuan hidupnya. Lantas, apa tujuan hidupmu? Seperti apa ilustrasi tujuan itu dalam pikiranmu selama ini? 

Sudahkah penelurusan itu tiba pada pertanyaan besar : 
"Engkau dari mana, dan akan ke mana?"
"Kamu sebenarnya siapa?"
"Unsur apa saja yang ada dalam dirimu?"
"Siapa saja yang mendiami dirimu?"
"Sudah kenalkah kamu kepada yang ada dalam dirimu?"

Apa jawabmu...?
Sampai pada bilangan usia ini, sudahkah Engkau menemukan jawabannya?
Jika belum, Di manakah jawaban itu dapat diperoleh?
Jangan sampai usia telah tiba namun jawaban itu belum juga ditemukan.
Baiklah ini sekedar pengingat bagi saya.

Kembali pada pilihan-pilihan... begitu rumitnyakah menentukan pilihan itu? Sehingga begitu banyak yang terombang-ambing oleh berbagai realitas tak menentu disuguhkan oleh tipuan kefanaan dunia yang memang salah satu tugasnya "mengelabui" manusia? Sejak zaman manusia pertama kali diciptakan, begitu pula serbuan pilihan itu demikian kejamnya hingga membuat siapa saja bisa terpedaya. Seringkali membuat terlena... Padahal banyak diantaranya hanyalah tipuan.

Allah SWT berfirman, “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian, serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu mengering dan kamu lihat warnanya menguning lalu hancur. Dan, di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadiid [57] : 20)

Tuntunlah langkah kaki kami, detak jantung kami, setiap pilihan yang kami tempuh, setiap keputusan yang ditetapkan...senantiasa dalam genggamanMu, arahanMu, kasih sayangMu, RidhaMu, tercurahkan kepada kami..

"Yaa ayyatuhan nafsul muthma-innah. Irji’ii ilaa robbiki roodhiyatam mardhiyyah. Fadhulii fii ‘ibaadii. Wadhulii jannatii.

Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." (QS al-Fajr [89]: 27-30).





Pict taken by : Akilrah, edited by : Milan.
Lokasi : Pantai Seminyak, Bali. Tahun 2011.
Makassar, 19 Februari 2019.

Monday 18 February 2019

#Refleksi

Teman Berjalan

Hidup layaknya panggung sandiwara. Dari sandiwara  yang satu, ke sandiwara yang lain. Dari alur yang satu, ke alur lainnya. Dari skenario satu, berlanjut ke skenario berikutnya. Kadang menjadi bagian dari tokoh-tokoh pemain, pemeran utama ataukah figuran hingga hanya numpang lewat, terkadang berada diantara serombongan penonton atau sekadar turut meramaikan tanpa tujuan jelas. Tak jarang mendapatkan decak kagum dan riuh apresiasi, tak jarang pula hanya memberikan tepukan tangan dari lakon yang dipersembahkan.

Hidup tak ubahnya perjalanan dari satu pohon sebagai tempat beristirahat ke pohon lainnya. Berjalan menyusuri setapak demi setapak. Kadang jalan itu lurus, kadang berkelok serta terjal. Terkadang jalan itu lapang dan mulus, tak jarang sempit dan penuh bebatuan. Kala jenuh atau lelah melanda, berhenti sejenak pada suatu pohon yang teduh sekedar mengurai kepenatan serta mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan kembali.

“Ada kecintaan apa aku dengan dunia? Aku di dunia ini tak lain, kecuali seperti seorang pengendara yang mencari teteduhan di bawah pohon untuk beristirahat sejenak, lalu meninggalkannya.” (HR. At-Tirmidzi No. 2377) 

Perjalanan yang entah hingga kapan berakhir. Perjalanan yang harus ditempuh sepanjang waktu namun bukan untuk pergi, melainkan untuk pulang. Pulang ke tempat di mana setiap kehidupan berasal. Pulang menemui yang mencintaimu, yang mengasihimu, pemilik jiwa.

Rasulullah SAW bersabda, “Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat (musafir).” (HR. Al-Bukhari No. 6416)

Masing-masing makhluk memiliki lintasannya sendiri, jalannya sendiri, tak ada satu pun berada pada garis yang sama. Dengan pemandangan yang hanya Ia sendiri yang bisa merasakannya, melihatnya, memetik buahnya agar menjadikannya bekal dalam perjalanan berikutnya. Bekal  bisa saja selalu tersedia untuknya, namun tak menutup kemungkinan membutuhkan sekian lama bahkan tak kunjung ditemui. Apakah menemukan air jernih nan sejuk serta aneka buah-buahan yang manis dan segar? Ataukah sebaliknya? Atau tidak menemukan sama sekali? 

Ada yang senantiasa menemukan bekal dalam perjalannya, ada yang hanya sedikit saja bahkan kegersangan senantiasa melanda sepanjang lintasan yang dilalui. Tanpa air, tanpa buah-buahan, tanpa kawan-kawan penghuni semesta yang menemani.

Mereka ada di mana saja...mereka bisa berupa apa saja...mereka bisa datang dari mana saja...tak terbatas ruang dan waktu...tak terlintas dalam benakmu sebelumnya. Mereka selalu menemani, senantiasa hadir tanpa engkau memintanya, mereka senang mendekatimu, tanpa memohon sekalipun mereka siap membantumu.

Mereka merupakan amalan, kerjernihan qalb, keteguhan yang selama ini engkau genggam dalam menerima segala ketentuanNya, penerimaan tanpa mempertanyakan lagi betapa pedih dan perih masa demi masa saat berjalan menelusuri lintasanNya. Mereka hadir tanpa diminta...karena cahayamu yang membuat mereka menemukanmu.

Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih benar-benar akan Kami masukkan ke dalam (golongan) orang-orang yang salih (QS al-Ankabut [29]: 9). 





Foto : Milan
Lokasi : RS. Unhas, Makassar. Januari 2019
Makassar 19 Februari 2019.

 #REFLEKSI                                                                      PESANMU..... "Nak... Jauhilah prasangka buruk kepada si...